Andalan

Indogen Capitalis Indonesia

 

Hingga saat ini, di Indonesia sudah mulai banyak investor atau capitalist bermunculan, ada yang dari luar negeri dan lokal datangan ke Indonesia untuk membantu mengembangkan bisnis startup. Hal ini dikarenakan Indonesia sudah mulai memasuki era 4.0 dimana teknologi sudah mulai berjalan di setiap bisnisnya.

Terutama dengan adanya program pemerintah untuk menelurkan 1000 startup dalam 5 tahun ke depan yang diharapkan ada 100 yang masuk ke level startup seri A, lalu ada 1 diantaranya yang bisa menjadi unicorn, tentunya akan menjadi pelecut ekosistem startup Indonesia menjadi lebih baik. Harapannya tentu kehidupan rakyat Indonesia menjadi lebih baik karena dengan ekosistem seperti ini akan ada banyak talenta terbaik bangsa yang memeras otaknya mencari solusi untuk meningkatkan entrepreneurship di kancah lokal.

Salah satu cara yang dilakukan yaitu menyasar kepada startup yang masih berada di tahapan awal. Sehingga para investor bisa melakukan investasi di banyak portfolio startup dalam 1 waktu bersamaan. Para investor menargetkan bisa mendapatkan return 5 hingga 10 kali lipat jumlah uang yang mereka telah investasikan dalam kurun waktu tertentu, misal 5 hingga 10 tahun.

Namun perlu diperhatikan bahwa kemungkinan mendapatkan return tersebut juga masih sangat kecil. Tipikal portfolio startup yang telah di-backup oleh investor kebanyakan, rata-rata hanya 1/3 dari portfolio mereka yang bisa mengembalikan return sebesar 5-10 kali itu, 1/3 lainnya break even/menghasilkan sebesar modal yang diberikan, dan 1/3 sisanya gagal atau tidak menghasilkan apa-apa.

Seorang pelaku Venture Capital yang profesional cenderung memfokuskan investasi mereka pada industri tertentu. Pengalaman investasi dan penyelidikan yang panjang membuat mereka tahu seluk beluk Venture Capital dengan baik, termasuk keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan. Hal ini menjadi kompetisi tersendiri di kalangan para investor.

Mereka berlomba-lomba untuk menemukan startup yang bisa menjelma menjadi perusahaan besar di masa depan. Startup yang berhasil bisa menjadi unicorn, yaitu sebutan untuk perusahaan yang nilainya mencapai 1 milyar dolar AS (sekitar 13 triliun rupiah). Namun potensi munculnya unicorn sangat kecil. Di Amerika Serikat saja hanya mencapai 0.15%.

Semuanya berawal dari Indogen Capital yang “menitipkan” uang mereka kepada Venture Capitalist, plus mereka juga meminjamkan uang untuk management fee kepada Venture Capitalist untuk menjalankan dan mengawasi investasi mereka. Disebut meminjamkan karena ketika investasinya sudah menghasilkan return, Venture Capitalist harus mengembalikan return investasi plus juga uang management fee kembali kepada LP.

Venture Capitalist kemudian akan mendistribusikan uang investasi LP tersebut ke beberapa startup yang masuk ke dalam radar dan kualifikasi mereka. Kemudian yang mereka lakukan adalah menunggu. Tidak literally hanya menunggu sih memang, mereka bisa memberikan advice, mereview kinerja berkala startup, dan mencari peluang untuk mendapatkan return dari investasi mereka.

Venture Capitalist dapat return dari investasi saat mereka bisa Exit. Exit ini bisa beragam cara, misalnya saat startup yang mereka investasi IPO/go public, diakusisi/dijual, divestasi sebagian/seluruhnya dari Venture Capitalist yang lebih besar. Dari return tersebut sang Venture Capitalist biasanya mendapat 20% dari return investasi dan megembalikan 80%-nya plus management fee yang dulu pernah diberikan kepada LP.

Dari bahasan di atas, nampaknya aspek terpenting yang harus diperhatikan oleh venture capitalist adalah kejelian dalam melihat masa depan sebuah perusahaan. Padahal ada hal lain yang lebih penting, yaitu perhitungan waktu atau timing yang tepat. Di awal investasi, investor akan berusaha untuk “menekan” harga perusahaan dengan menawarkan jumlah investasi yang tidak terlalu tinggi.

Selanjutnya, investor akan lebih terlibat dalam memperbaiki cashflow perusahaan dan meraih keuntungan setinggi-tingginya. Dengan demikian, nilai jual perusahaan akan meingkat di akhir masa investasi. Seorang investor harus tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan exit dan mendapatkan keuntungan besar dari investasi yang dilakukan.


Cara Kerja Private Equity

Private equity (PE) merupakan salah sumber modal untuk investasi yang berasal dari para investor seperti dana pensiun, orang-orang kaya, atau dana abadi perguruan tinggi. Private Equity menjadi semacam lembaga yang ditugaskan dan dipercaya untuk memutar duit dari investor itu.

Kalau bank biasanya memberikan duit pinjaman dan kemudian minta jaminan (kolateral) berupa aset, maka kalau private equity tidak. Dia invest di perusahaan semisalnya Rp 300 miliar atau Rp 100 miliar, tapi ia minta ditukar dengan saham. Nah, perusahaan private equity yang hanya mau invest sebagai pemegang saham minoritas dan nggak mau lebih dari 50%. Masing-masing perusahaan private equity punya gaya dan kebijakan masing-masing.

Asal dana atau sumber dana perusahaan private equity itu biasanya terkumpul karena keaktifan para pendiri dalam mencari dana untuk dikelola. Keluasan network para pendiri Private Equity sangat penting untuk mendapatkan investor. Jangan heran kalau di Indonesia, para pemilik private equity pasti orang yang punya network kuat dengan pemilik dana di luar negeri.

Misalnya Patrick Waluyo (Northstar), Gita Wiryawan (Ancora) dan Edwin Soeryajaya (Saratoga). Mereka semua merupakan lulusan Amerika yang channel dengan lembaga keuangan Barat sudah sangat kuat. Cara investasi perusahaan private equity (PE) biasanya menggunakan pola bisa dua macam.

PERTAMA, membeli sebagian saham yang dimiliki pemegang lama (artinya ia membeli existing saham). Dus ada pergantian kepemilikan saham.

KEDUA, perusahaan yang akan menerima inject modal dana itu akan menerbitkan saham baru, kemudian dibeli oleh perusahaan Private Equity Indonesia. Umumnya cara kedua ini lebih banyak dipilih karena berarti dana yang masuk tidak masuk ke kantong pribadi pemegang saham lama, namun menambah modal perusahaan sehingga perusahaan bisa berputar lebih baik.

Tapi pola ini sangat case by case, bisa perpaduan. Bisa jadi ketika investor masuk ke sebuah perusahaan, ada sebagian yang masuk ke kantong pemegang saham lama untuk pembelian saham, namun ada juga sebagian yang ditaruh sebagai modal.

KETIGA, Selain cara investasi melalui saham, perusahaan Private Equity juga bisa dengan cara membeli convertible bond yang diterbitkan perusahaan yang butuh duit itu. Convertible  bond itu adalah surat utang yang suatu saat bisa diubah (diconvert) menjadi saham ketika pas jatuh tempo dan bila perusahaan yang berhutang itu tidak bisa melunasi secara sempurna atas hutang-hutangnya.

Perusahaan Private Equity biasanya hanya mau invest di perusahaan yang tumbuh cepat dan margin untungnya baik. Karena memberi keuntungan ke pemodal yang menitipkan uangnya. Makanya biasanya IRR private equity selalu minta diatas 18%. Kalau bank Anda kasih bunga 12-13%, maka Private Equity minimal diangka 18%. Bedanya kalau bank harus mencicil bulanan, kalau Private Equity tidak perlu.

Private Equity hanya mengharap untung saat sahamnya dijual ke pihak lain. Makanya, kebanyakan orang berhubungan dengan Private Equity bila sudah tidak bisa pinjam ke bank lagi. Ekuitas yang dimiliki perusahaan sudah mentok. Sudah tidak punya kolateral untuk pinjam ke bank. Kalau bahasa orang keuangan, debt to equity ratio sudah nggak memungkinkan  untuk pinjam ke bank. Ingat, tidak ada bank yang mau kasih pinjaman bila tidak ada kolateral. Ini normalnya. Ada beberapa bank yang bisa kasih pinjaman tanpa kolateral, namun sudah pasti hanya ke nasabah korporat yang sudah lama dikenal, dan biasanya bunganya juga jauh lebih tinggi.


Peran Venture Capital

Sebelum membahas secara lengkap dan detail mengenai perkembangan startup di indonesia, apakah kalian sudah mengetahui apa itu startup? mungkin masih banyak yang belum mengetahui istilah ini. Oleh karena itu, indogen capital akan membantu menjelaskan apa itu start up?

Startup adalah perusahaan yang baru saja didirikan dan sedang berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan sebuah pasar yang tepat. Bisa disebut juga bahwa start up adalah perusahaan rintisan.

Pada sekitar tahun 1998 – 2000 banyak orang mulai mengenal internet, teknologi, website dan lainnya, maka pada saat itu juga banyak yang menyadari adanya ladang baru untuk membuka sebuah usaha dengan membuat website pribadi nya masing masing. Pada saat itulah, mulai lahir banyak perusahaan start up dan berkembang.

Beberapa karakteristik atau ciri ciri perusahaan startup adalah usia perusahaan tersebut tidak lebih dari 3 tahun, jumlah pegawai kurang dari 20 orang, masih dalam tahap berkembang dan terbiasa dalam menangani venture capital yang ada saat ini, biasanya beroperasi pada website dalam bidang teknologi.

Nah, setelah membaca beberapa pengetahuan umum mengenai start up sekarang kita akan membahas mengenai perkembangan bisnis start up di indonesia yang terbilang perkembangannya cukup pesat. Setiap tahun bahkan juga setiap bulan banyak bermunculan startup startup baru.

Potensi penggunaan internet Indonesia yang semakin naik dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari ke hari tentunya merupakan suatu lahan basah untuk mendirikan sebuah Startup. hal ini yang menjadi faktor banyak nya bermunculan startup lokal di indonesia. Mungkin sudah tercatat ada lebih dari 1500 startup lokal yang ada di indonesia.

Ada tiga penggolongan start up di indonesia, yaitu start up pencinta game, strat up aplikasi edukasi, dan start up e-commerce dan informasi. Dengan berkembangnya media sosial dan smartphone, pasar untuk mobile game dan social game semakin besar. Namun, untuk yang berbau seperti pasar informasi atau berita berbagai tema, perkembangannya justru jauh lebih pesat lagi.

Memperhatikan Startup

Jika kalian adalah salah satu startup seperti indogen capital yang ingin mengembangkan bisnis melalui cara membangun kerja sama dengan perusahaan atau startup lain yang lebih besar, maka ada baiknya kalian memperhatikan beberapa hal berikut yang merupakan pengalaman dari startup ataupun orang-orang yang pernah bekerja di perrusahaan-perusahaan besar kelas dunia.

Tentu saja tidak mudah bagi startup indonesia untuk berkerja sama dengan perusahaan besar karena pastinya akan membutuhkan banyak sumber daya yang intensif. Tapi, jenis kerja sama ini akan sangat menguntungkan start up, begitu juga sebaliknya mungkin kerja sama seperti ini tidak akan berimbas apapun terhadap perusahaan besar sehingga membuat mereka tidak termotivasi.

Oleh karena itu kamu hanya perlu mengeluarkan sebuah produk yang bisa membantu perusahaan kalian sendiri untuk bergerak maju tanpa harus bergantung pada partner untuk mencapai ekspensi. Lakuakan lah kerjasama dengan negosiasi yang tidak bergantung pada mereka untuk mencapai kesuksesan.

Disetiap negosiasi pastinya akan ada hasil yang berbeda beda satu sama lain tergantung dengan siapa anda melakukan negosiasi. Jika baru pertama kali mendekati perusahaan besar, coba hubungi orang yang memiliki kemungkinan besar akan setuju untuk bertemu. Jika orang itu tidak memberikan balasan, tunggu beberapa hari sampai mengajak bertemu orang selanjutnya.

Ada banyak keuntungan yang akan didapatkan start up dalam bekerja sama, seperti memudahkan peluncuran produk, mempercepat distribusi, dan lainnya. Namun bila perusahaan yang kamu ajak kerja sama tidak merasa akan mendapatkan keuntungan, mereka tentu enggan untuk menjadi mitra.

Untuk itu, ketahuilah lebih dahulu keinginan calon mitra kamu agar lebih memudahkan kalian untuk menjalin kerjasama. Begitulah tiga hal yang bisa di berikan indogen capital untuk semua start up yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan lain. Carilah perusahaan yang bisa membantu anda sekaligus yang membuat anda tidak terus bergantung pada perusahaan tersebut.


Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai